✔ Kelahiran Nabi Muhammad Saw
Kelahiran Nabi Muhammad SAW Para penulis sirah (biografi) Muhammad pada umumnya sepakat bahwa ia lahir di Tahun Gajah, yaitu tahun 570 M. Muhammad lahir di kota Mekkah, di serpihan Selatan Jazirah Arab, suatu tempat yang ketika itu merupakan kawasan paling kurang akil di dunia,
jauh dari sentra perdagangan, seni, maupun ilmu pengetahuan. Ayahnya, Abdullah, meninggal dalam perjalanan dagang di Yatsrib, ketika Muhammad masih dalam kandungan. Ia meninggalkan harta lima ekor unta, sekawanan biri-biri dan seorang budak perempuan berjulukan Ummu Aiman yang kemudian mengasuh Nabi.
Pada ketika Muhammad berusia enam tahun, ibunya Aminah binti Wahab mengajaknya ke Yatsrib (Madinah) untuk mengunjungi keluarganya serta mengunjungi makam ayahnya. Namun dalam perjalanan pulang, ibunya jatuh sakit. Setelah beberapa hari, Aminah meninggal dunia di Abwa’ yang terletak tidak jauh dari Yatsrib, dan dikuburkan di sana. Setelah ibunya meninggal, Muhammad dijaga oleh kakeknya, ‘Abd al-Muththalib. Setelah kakeknya meninggal, ia dijaga oleh pamannya, Abu Thalib. Ketika inilah ia diminta menggembala kambing-kambingnya disekitar Mekkah dan kerap menemani pamannya dalam urusan dagangnya ke negeri Syam (Suriah, Libanon dan Palestina).
Hampir semua mahir hadits dan sejarawan sepakat bahwa Muhammad lahir di bulan Rabiulawal, kendati mereka berbeda pendapat wacana tanggalnya. Di kalangan Syi’ah, sesuai dengan isyarat para Imam yang merupakan keturunan eksklusif Muhammad, menyatakan bahwa ia lahir pada hari Jumat, 17 Rabiulawal; sedangkan kalangan Sunni percaya bahwa ia lahir pada hari Senin, 12 Rabiulawal atau (2 Agustus 570M).
2. Berkenalan dengan Khadijah
Ketika Muhammad mencapai usia remaja dan bermetamorfosis seorang yang dewasa, ia mulai mempelajari ilmu bela diri dan memanah, begitupula dengan ilmu untuk menambah keterampilannya dalam berdagang. Perdagangan menjadi hal yang umum dilakukan dan dianggap sebagai salah satu pendapatan yang stabil. Muhammad menemani pamannya berdagang ke arah Utara dan secepatnya wacana kejujuran dan sifat sanggup mendapatkan amanah Muhammad dalam membawa bisnis perdagangan telah meluas, membuatnya dipercaya sebagai biro penjual mediator barang dagangan penduduk Mekkah.
Seseorang yang telah mendengar wacana anak muda yang sangat dipercaya dengan yaitu seorang janda yang berjulukan Khadijah. Ia yaitu seseorang yang mempunyai status tinggi di suku Arab dan Khadijah sering pula mengirim barang dagangan ke aneka macam pelosok kawasan di tanah Arab. Reputasi Muhammad membuatnya terpesona sehingga membuat Khadijah memintanya untuk membawa serta barang-barang dagangannya dalam perdagangan. Muhammad dijanjikan olehnya akan dibayar dua kali lipat dan Khadijah sangat terkesan dengan sekembalinya Muhammad dengan laba yang lebih dari biasanya.
Akhirnya, Muhammad pun jatuh cinta kepada Khadijah kemudian mereka menikah. Pada ketika itu Muhammad berusia 25 tahun sedangkan Khadijah mendekati umur 40 tahun, tetapi ia masih mempunyai kecantikan yang menawan. Perbedaan umur yang sangat jauh dan status janda yang dimiliki oleh Khadijah, tidak menjadi halangan bagi mereka, sebab pada ketika itu suku Quraisy mempunyai budbahasa dan budaya yang lebih menekankan perkawinan dengan gadis ketimbang janda. Walaupun harta kekayaan mereka semakin bertambah, Muhammad tetap sebagai orang yang mempunyai gaya hidup sederhana, ia lebih menentukan untuk mendistribusikan keuangannya kepada hal-hal yang lebih penting.
3. Nabi Muhammad Memperoleh Gelar
Ketika Muhammad berumur 35 tahun, ia bersatu dengan orang-orang Quraisy dalam perbaikan Ka’bah. Ia pula yang memberi keputusan di antara mereka wacana peletakan Hajar al-Aswad di tempatnya. Saat itu ia sangat masyhur di antara kaumnya dengan sifat-sifatnya yang terpuji. Kaumnya sangat mencintainya, hingga kesudahannya ia memperoleh gelar Al-Amin yang artinya “orang yang sanggup dipercaya”.
Diriwayatkan pula bahwa Muhammad percaya sepenuhnya dengan ke-Esaan Tuhan. Ia hidup dengan cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat besar kepala dan sombong. Ia menyayangi orang-orang miskin, para janda dan belum dewasa yatim serta mengembangkan penderitaan dengan berusaha menolong mereka. Ia juga menghindari semua kejahatan yang biasa di kalangan bangsa Arab pada masa itu ibarat berjudi, meminum minuman keras, berkelakuan berangasan dan lain-lain, sehingga ia dikenal sebagai As-Saadiq yang mempunyai arti “yang benar”.
4. Kerasulan Nabi Muhammad
Muhammad dilahirkan di tengah-tengah masyarakat kurang akil yang senang dengan kekerasan dan pertempuran dan menjelang usianya yang ke-40, ia sering menyendiri ke Gua Hira’ sebuah gua bukit sekitar 6 km sebelah timur kota Mekkah, yang kemudian dikenali sebagai Jabal An Nur. Ia bisa berhari-hari bertafakur dan beribadah disana dan sikapnya itu dianggap sangat bertentangan dengan kebudayaan Arab pada zaman tersebut dan di sinilah ia sering berpikir dengan mendalam, memohon kepada Allah supaya memusnahkan kekafiran dan kebodohan.
Pada suatu malam sekitar tanggal 17 Ramadhan/ 6 Agustus 611, ketika Muhammad sedang bertafakur di Gua Hira’, Malaikat Jibril mendatanginya. Jibril membangkitkannya dan memberikan wahyu Allah di telinganya. Ia diminta membaca. Ia menjawab, “Saya tidak bisa membaca”. Jibril mengulangi tiga kali meminta supaya Muhammad membaca, tetapi jawabannya tetap sama. Akhirnya, Jibril berkata:
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang membuat insan dari segumpal darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Maha Pemurah, yang mengajar insan dengan perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan kepada insan apa yang tidak diketahuinya.(Al-Alaq 96: 1-5)
Ini merupakan wahyu pertama yang diterima oleh Muhammad. Ketika itu ia berusia 40 tahun 6 bulan 8 hari berdasarkan perhitungan tahun kamariah (penanggalan berdasarkan bulan), atau 39 tahun 3 bulan 8 hari berdasarkan perhitungan tahun syamsiah (penanggalan berdasarkan matahari). Setelah pengalaman luar biasa di Gua Hira tersebut, dengan rasa ketakutan dan cemas Muhammad pulang ke rumah dan berseru pada Khadijah untuk menyelimutinya, sebab ia mencicipi suhu tubuhnya panas dan hambar secara bergantian. Setelah hal itu lewat, ia menceritakan pengalamannya kepada sang istri.
Untuk lebih menenangkan hati suaminya, Khadijah mengajak Muhammad mendatangi saudara sepupunya, yaitu Waraqah bin Naufal, yang banyak mengetahui nubuat wacana nabi terakhir dari kitab-kitab suci Nasrani dan Yahudi. Mendengar dongeng yang dialami Muhammad, Waraqah pun berkata, bahwa ia telah dipilih oleh Tuhan menjadi seorang nabi. Kemudian Waraqah menyebutkan bahwa An-Nâmûs al-Akbar (Malaikat Jibril) telah tiba kepadanya, kaumnya akan menyampaikan bahwa ia seorang penipu, mereka akan memusuhi dan melawannya.
Wahyu turun kepadanya secara berangsur-angsur dalam jangka waktu 23 tahun. Wahyu tersebut telah diturunkan berdasarkan urutan yang diberikan Muhammad, dan dikumpulkan dalam kitab berjulukan Al Mushaf yang juga dinamakan Al- Qur??n (bacaan). Kebanyakan ayat-ayatnya mempunyai arti yang jelas, sedangkan sebagiannya diterjemahkan dan dihubungkan dengan ayat-ayat yang lain. Sebagian ayat-ayat adapula yang diterjemahkan oleh Muhammad sendiri melalui percakapan, tindakan dan persetujuannya, yang populer dengan nama As-Sunnah. Al-Quran dan As-Sunnah digabungkan bersama merupakan panduan dan cara hidup bagi “mereka yang menyerahkan diri kepada Allah”, yaitu penganut agama Islam.
5. Nabi Muhammad Mendapatkan Pengikut
Selama tiga tahun pertama, Muhammad hanya menyebarkan agama terbatas kepada teman-teman bersahabat dan kerabatnya. Kebanyakan dari mereka yang percaya dan meyakini anutan Muhammad yaitu para anggota keluarganya serta golongan masyarakat awam, antara lain Khadijah, Ali, Zaid bin Haritsah dan Bilal. Namun pada awal tahun 613, Muhammad mengumumkan secara terbuka agama Islam. Banyak tokoh-tokoh bangsa Arab ibarat Abu Bakar, Utsman bin Affan, Zubair bin Al Awwam, Abdul Rahman bin Auf, Ubaidah bin Harits, Amr bin Nufail masuk Islam dan bergabung membela Muhammad. Kesemua pemeluk Islam pertama itu disebut dengan As-Sabiqun al-Awwalun.
Akibat halangan dari masyarakat jahiliyyah di Mekkah, sebagian orang Islam disiksa, dianiaya, disingkirkan dan diasingkan. Penyiksaan yang dialami hampir seluruh pengikutnya membuat lahirnya wangsit berhijrah (pindah) ke Habsyah. Negus, raja Habsyah, memperbolehkan orang-orang Islam berhijrah ke negaranya dan melindungi mereka dari tekanan penguasa di Mekkah. Muhammad sendiri, pada tahun 622 hijrah ke Madinah, kota yang berjarak sekitar 200 mil (320 km) di sebelah Utara Mekkah.
6. Nabi Muhammad Hijrah ke Madinah
Di Mekkah terdapat Ka’bah yang telah dibangun oleh Nabi Ibrahim. Masyarakat jahiliyah Arab dari aneka macam suku berziarah ke Ka’bah dalam suatu acara tahunan, dan mereka menjalankan aneka macam tradisi keagamaan mereka dalam kunjungan tersebut. Muhammad mengambil peluang ini untuk menyebarkan Islam. Di antara mereka yang tertarik dengan seruannya ialah sekumpulan orang dari Yathrib (dikemudian hari berganti nama menjadi Madinah). Mereka menemui Muhammad dan beberapa orang Islam dari Mekkah di suatu tempat berjulukan Aqabah secara sembunyi-sembunyi. Setelah menganut Islam, mereka kemudian bersumpah untuk melindungi Islam, Rasulullah (Muhammad) dan orang-orang Islam Mekkah.
Tahun berikutnya, sekumpulan masyarakat Islam dari Yathrib tiba lagi ke Mekkah. Mereka menemui Muhammad di tempat mereka bertemu sebelumnya. Abbas bin Abdul Muthalib, yaitu pamannya yang ketika itu belum menganut Islam, turut hadir dalam pertemuan tersebut. Mereka mengundang orang-orang Islam Mekkah untuk berhijrah ke Yathrib. Muhammad kesudahannya oke untuk berhijrah ke kota itu.
Mengetahui bahwa banyak masyarakat Islam berniat meninggalkan Mekkah, masyarakat jahiliyah Mekkah berusaha menghalang-halanginya, sebab beranggapan bahwa bila dibiarkan berhijrah ke Yathrib, orang-orang Islam akan menerima peluang untuk mengembangkan agama mereka ke daerah-daerah yang lain. Setelah berlangsung selama kurang lebih dua bulan, masyarakat Islam dari Mekkah pada kesudahannya berhasil hingga dengan selamat ke Yathrib, yang kemudian dikenal sebagai Madinah atau “Madinatun Nabi” (kota Nabi).
Di Madinah, pemerintahan (kalifah) Islam diwujudkan di bawah pimpinan Muhammad. Umat Islam bebas beribadah (salat) dan bermasyarakat di Madinah. Quraish Makkah yang mengetahui hal ini kemudian melancarkan beberapa serangan ke Madinah, akan tetapi semuanya sanggup diatasi oleh umat Islam. Satu perjanjian tenang kemudian dibuat dengan pihak Quraish. Walaupun demikian, perjanjian itu kemudian diingkari oleh pihak Quraish dengan cara menyerang sekutu umat Islam.
7. Penaklukan Mekkah
Pada tahun ke-8 setelah berhijrah ke Madinah, Muhammad berangkat kembali ke Makkah dengan pasukan Islam sebanyak 10.000 orang. Penduduk Makkah yang khawatir kemudian oke untuk menyerahkan kota Makkah tanpa perlawanan, dengan syarat Muhammad kembali pada tahun berikutnya. Muhammad menyetujuinya, dan ketika pada tahun berikutnya ia kembali maka ia menaklukkan Mekkah secara damai. Muhammad memimpin umat Islam menunaikan ibadah haji, memusnahkan semua berhala yang ada di sekeliling Ka’bah, dan kemudian menawarkan amnesti umum dan menegakkan peraturan agama Islam di kota Mekkah.
8. Mukjizat Nabi Muhammad
Seperti nabi dan rasul sebelumnya, Muhammad diberikan irhasat (pertanda) akan datangnya seorang nabi, ibarat yang diyakini oleh umat Muslim telah dikisahkan dalam beberapan kitab suci anutan samawi, kemudian dikisahkan pula terjadi mengambarkan pada masa didalam kandungan, masa kecil dan remaja. Kemudian Muhammad diyakini diberikan mukjizat selama kenabiannya.
Dalam syariat Islam, mukjizat terbesar Muhammad yaitu Al-Qur’an, sebab pada masa itu bangsa Arab mempunyai kebudayaan sastra yang cukup tinggi dan Muhammad sendiri yaitu orang yang buta huruf, yang diyakini oleh umat muslim tidak mungkin dikarang olehnya. Selain itu, Muhammad juga diyakini pula oleh umat Islam pernah membelah bulan pada masa penyebaran Islam di Mekkah dan melaksanakan Isra dan Mi’raj dalam waktu tidak hingga satu hari. Kemampuan lain yang dimiliki Muhammad yaitu kecerdasannya mengenai ilmu ketauhidan.
9. Fisik dan ciri-ciri Muhammad
Berikut yaitu penggambaran sosok Muhammad dari salah satu istinya yaitu Aisyah, sepupunya Ali bin Abi Thalib, para sahabatnya, serta orang terakhir yang masih hidup yang kala itu sempat melihat sosoknya secara langsung, yaitu Abu Taufik.
Aisyah dan Ali bin Abi Thalib telah merincikan ciri-ciri fisik dan penampilan keseharian Muhammad, di antaranya yaitu rambut keriting berwarna sedikit kemerahan, terurai hingga bahu. Kulitnya putih kemerah-merahan, wajahnya cenderung lingkaran dengan sepasang matanya hitam dan bulu mata yang panjang. Tidak berkumis dan berjanggut sepanjang sekepalan telapak tangannya.
Tulang kepala besar dan bahunya lebar. Tubuhnya tidak terlalu tinggi dan tidak pula terlalu pendek, berpostur kekar sangat indah dan pas dikalangan kaumnya. Bulu badannya halus memanjang dari pusar hingga dada. Jemari tangan dan kaki tebal dan lentik memanjang.
Apabila berjalan cenderung cepat dan tidak pernah menancapkan kedua telapak kakinya, dia melangkah dengan cepat dan pasti. Apabila menoleh, ia menolehkan wajah dan badannya secara bersamaan. Di antara kedua bahunya terdapat tanda kenabian dan memang ia yaitu epilog para nabi. Ia yaitu orang yang paling dermawan, paling berlapang dada, paling jujur ucapannya, paling bertanggung jawab dan paling baik pergaulannya. Siapa saja yang bergaul dengannya niscaya akan menyukainya.
Setiap orang yang bertemu Muhammad niscaya akan berkata, “Aku tidak pernah melihat orang yang sepertinya, baik sebelum maupun sesudahnya.” Begitulah Muhammad di mata khalayak, akhlaknya yang sangat mulia digambarkan dalam salah satu ayat Al-Qur’an:
“Dan sesungguhnya kau benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Al-Qalam: 4)
Dalam hadits riwayat Bukhari, Muhammad digambarkan sebagai orang yang berkulit putih dan berjenggot hitam dengan uban.
Dalam satu hadits diterangkan mengenai corak fisik Muhammad, yaitu ia bertubuh sedang, kulitnya berwarna cerah tidak terlalu putih dan tidak pula hitam. Rambutnya berombak. Ketika Muhammad wafat uban yang tumbuh di rambut dan janggutnya masih sedikit.
Anas juga menyampaikan bahwa Muhammad mempunyai tinggi sedang, tidak tinggi sekali ataupun pendek, tegap. Bila ia berjalan sangat gesit dengan tubuh condong sedikit kedepan.
Bara’a bin Aazib menyampaikan bahwa Muhammad mempunyai tinggi yang sedang, dengan tulang pundak bidang. Rambutnya cukup tebal, panjang hingga batas telinga.
Ali bin Abi Thalib meriwayatkan bahwa Muhammad tidaklah tinggi dan juga pendek. Telapak tangan dan kaki dia padat berisi. Ia mempunyai kepala yang agak besar dan kuat. Bulu-bulu halus tumbuh di dadanya dan terus kebawah hingga pusar. Jika berjalan, melangkahnya seakan-akan ibarat turun (meloncat) dari suatu ketinggian. Ditambahkan pula bahwa Ali belum pernah melihat orang tampaknya di antara sahabatnya sehabis wwafatnya Muhammad.
Ali menambahkan bahwa Muhammad mempunyai rambut lurus sedikit berombak. Tidak gemuk dan tidak terlalu besar, berperawak baik dan tegak. Warna kulit cerah, matanya hitam dengan bulu mata yang panjang. Persendian tulang yang besar lengan berkuasa dada, tangan dan kakinya kekar. Tidak mempunyai bulu yang tebal tetapi hanya tipis dari dada hingga pusarnya. Jika berbicara dengan seseorang, maka ia akan menghadapkan wajahnya keorang tersebut dengan penuh perhatian. Diantara bahunya ada tanda kenabian. Muhammad orang yan baik hatinya dan paling jujur, orang yang paling dirindukan dan sebaik-baiknya keturunan. Siapa saja yang mendekati dan bergaul dengannya maka akan eksklusif merasa terhormat, khidmat, menghargai dan mencintainya.
Hind bin Abi Halah menerima dongeng dari Hasan bin Ali menyampaikan bahwa Muhammad mempunyai pribadi mulia dan sangat agung jikalau orang melihatnya. Wajahnya bercahaya ibarat bulan purnama. Ia sedikit lebih tinggi dari rata-rata orang tapi lebih pendek dari orang yang jangkung. Kepalanya lebih besar dari rata-rata orang dan rambutnya agak keriting (berombak) agak panjang hingga mencapai kuping dan dibelah tengah. Kulit berwarna cerah dahinya agak lebar. Alis matanya melengkung hitam dan tebal, di antara alisnya nampak urat darah halus yang berdenyut bila sedang emosi.
Hidungnya agak melengkung dan mengkilap jikalau terkena cahaya serta tampak agak menonjol jikalau pertama kali melihatnya padahal sebetulnya tidak. Berjanggut tipit tapi penuh rata hingga pipi. Mulutnya sedang, giginya putih cemerlang dan agak renggang. Pundaknya bagus dan kokoh, ibarat dicor perak. Anggota tubuh lainnya normal dan proporsional. Dada dan pinggangnya seimbang dengan ukurannya. Tulang belikatnya cukup lebar, bagian-bagian tubuhnya tidak tertutup bulu lebat, higienis dan bercahaya. Kecuali bulu halus yang tumbuh dari dada hingga pusar.
Lengan dan dada serpihan atas berbulu. Pergelangan tangannya cukup panjang, telapak tangannya agak lebar serta tangan dan kakinya berisi, jari-jari tangan dan kaki cukup langsing. Jika berjalan agak condong kedepan melangkah dengan anggun serta berjalan dengan cepat dan sering melihat kebawah dari pada keatas. Jika berhadapan dengan orang maka ia memandang orang itu dengan penuh perhatian dan tidak pernah melototi seseorang dan pandangannya menyejukkan. Selalu berjalan agak dibelakang, terutama jikalau ketika melaksanakan perjalanan jarak jauh dan ia selalu menyapa orang lain terlebih dahulu.
Dari kisah Jabir bin Samurah meriwayatkan bahwa Muhammad mempunyai verbal yang agak lebar, di matanya terlihat juga garis-garis merahnya, serta tumitnya langsing. Jabir (ra) juga meriwayatkan bahwa ia berkesempatan melihat Muhammad di bawah sinar rembulan, ia juga memperhatikan pula rembulan tersebut, baginya Muhammad lebih indah dari rembulan tersebut.
Abu Ishaq mengemukakan bahwa, Bara’a bin Aazib pernah berkata, bahwa rona Muhammad lebih ibarat purnama yang cerah.
Abu Hurairah menyampaikan bahwa Muhammad sangatlah rupawan, ibarat dibuat dari perak. Rambutnya cenderung berombak dan Abu Hurairah belum pernah melihat orang yang lebih baik dari dan lebih tampan dari Muhammad, rona mukanya secemerlang matahari dan tidak pernah melihat orang yang secepatnya. Seolah-olah tanah digulung oleh langkah-langkah Muhammad jikalau sedang berjalan. Dikatakan jikalau Abu Hurairah dan yang lainnya berusaha mengimbangi jalannya Muhammad dan nampak ia ibarat berjalan santai saja.
Jabir bin Abdullah mengatakan, Muhammad pernah bersabda bahwa ia pernah menyaksikan citra wacana para nabi. Diantaranya yaitu Musa berperawakan langsing ibarat orang-orang dari Suku Shannah, dan melihat Isa yang ibarat salah seorang sahabatnya yang berjulukan Urwah bin Mas’ud dan ketika melihat Ibrahim dikatakan sangat ibarat dengan dirinya sendiri (Muhammad), kemudian Muhammad juga menyampaikan bahwa ia pernah melihat Malaikat Jibril yang ibarat dengan Dehya Kalbi.[24]
Said al Jahiri menyampaikan bahwa ia pernah mendengar Abu Taufik berkata bahwa pada ketika ini tidak ada lagi yang masih hidup orang yang pernah melihat secara eksklusif Muhammad kecuali dirinya sendiri dan Muhammad mempunyai roman muka sangat cerah dan perawakanna sangat baik.
Ibnu Abbas menyampaikan bahwa gigi depan Muhammad agak renggang tidak terlalu rapat dan jikalau bericara nampak putih berkilau.
10. Pernikahan Nabi Muhammad
Selama hidupnya Muhammad menikahi 11 atau 13 orang perempuan (terdapat perbedaan pendapat mengenai hal ini). Pada umur 25 Tahun ia menikah dengan Khadijah, yang berlangsung selama 25 tahun hingga Khadijah wafat. Pernikahan ini digambarkan sangat bahagia, sehingga ketika meninggalnya Khadijah (yang bersamaan dengan tahun meninggalnya Abu Thalib pamannya) disebut sebagai tahun kesedihan.
Sepeninggal Khadijah, Muhammad disarankan oleh Khawla binti Hakim, bahwa sebaiknya ia menikahi Sawda binti Zama (seorang janda) atau Aisyah (putri Abu Bakar, dimana Muhammad kesudahannya menikahi keduanya. Kemudian setelah itu Muhammad tercatat menikahi beberapa perempuan lagi sehingga mencapai total sebelas orang, dimana sembilan di antaranya masih hidup sepeninggal Muhammad.
Para mahir sejarah antara lain Watt dan Esposito beropini bahwa sebagian besar perkawinan itu dimaksudkan untuk memperkuat ikatan politik (sesuai dengan budaya Arab), atau menawarkan penghidupan bagi para janda (saat itu janda lebih susah untuk menikah sebab budaya yang menekankan perkawinan dengan perawan).
11. Perbedaan dengan nabi dan rasul terdahulu
Dalam mengemban misi dakwahnya, umat Islam percaya bahwa Muhammad diutus Allah untuk menjadi Nabi bagi seluruh umat insan (QS. 34 : 28), sedangkan nabi dan rasul sebelumnya hanya diutus untuk umatnya masing-masing (QS 10:47, 23:44) ibarat halnya Nabi Musa yang diutus Allah kepada kaum Bani Israil.
Sedangkan persamaannya dengan nabi dan rasul sebelumnya ialah sama-sama mengajarkan Tauhid, yaitu kesaksian bahwa Tuhan yang berhak disembah atau diibadahi itu hanyalah Allah (QS 21:25).
Belum ada Komentar untuk "✔ Kelahiran Nabi Muhammad Saw"
Posting Komentar