✔ Uang Bukan Modal Utama Untuk Memulai Usaha
Prinsip bisnis ala Rasulullah Muhammad SAW. Apakah modal utama memulai usaha? Jika Anda menjawab uang, mungkin benar, tapi tidak dalam bisnis ala Rasulullah SAW. “Yang menjadi number one capital dalam bisnis ala Rasulullah ialah kepercayaan (trust) dan kompetensi,” kata pakar ekonomi syariah, Dr. Muhammad Syafii Antonio, M.Ec. Menurut beliau, dalam trust itu ada integritas dan kemampuan melaksanakan usaha. “Rasulullah membangun perjuangan dari kecil, dari sekadar menjadi pekerja, kemudian dipercaya menjadi supervisor, manager, dan kemudian menjadi investor.
Perjalanan dari kuadran ke kuadran itu, memperlihatkan bahwa Rasulullah ialah seorang entrepreneur yang mempunyai taktik dalam membuatkan usahanya dan karakteristik untuk mencapai sukses.
Sebagai pengusaha dan pemimpin, Rasulullah mempunyai sumber income yang sangat banyak. Namun dia sangat ringan tangan memberi bantuan. “Beliau sangat tidak sabar melihat ada umat yang menderita dan tidak ridha melihat kemiskinan di sekitarnya atau kelaparan di depan matanya.
Itu sebabnya, Rasulullah selalu beramal dengan kecepatan yang luar biasa, yang digambarkan para sahabatnya sebagai “seperti hembusan angin”. “Beliau menyedekahkan begitu banyak hartanya dan mengambil sedikit saja untuk diri dan keluarganya.
Sementara itu berdasarkan Laode M. Kamaluddin. Ph.D. dalam bukunya “14 Langkah Bagaimana Rasulullah SAW Membangun Kerajaan Bisnis”, kejujuran dan keterbukaan Rasulullah dalam melaksanakan transaksi perdagangan merupakan tumpuan bagi seorang pengusaha generasi selanjutnya. Beliau selalu menepati kesepakatan dan mengantarkan barang dagangan dengan standar kualitas sesuai dengan undangan pelanggan sehingga tidak pernah menciptakan pelanggannya mengeluh atau bahkan kecewa. Reputasi sebagai pelanggan yang benar-benar jujur telah tertanam dengan baik. Sejak muda, dia selalu memperlihatkan rasa tanggung jawabnya terhadap setiap transaksi yang dilakukan.
Di dalam buku ini dipaparkan diam-diam bisnis Rasulullah, antara lain mengakibatkan bekerja sebagai ladang menjemput surga; berpikir visioner, kreatif dan siap menghadapi perubahan; pandai mempromosikan diri; menggaji karyawan sebelum kering keringatnya; mengutamakan sinergisme; berbisnis dengan cinta; serta akil bersyukur dan berucap terima kasih.
Selain memaparkan diam-diam bisnis Rasulullah, Laode M. Kamaluddin. Ph.D juga memberi pementingan khusus pada pentingnya menjaga amanah. Sebab kesuksesan Rasulullah tak bisa lepas dari keberhasilannya menjaga kepercayaan (amanah), ini merupakan ciri utama dari acara bisnis yang dilakukan oleh Rasulullah sehingga tidak ada satupun orang yang berinterakasi dengan dia kecuali mendapat kepuasan yang luar biasa. Dan sangat pantas kalau dia mendapat gelar Al-Amiin (orang yang sanggup dipercaya). Itulah modal terbesar yang tak bisa ditawar-tawar kalau kita ingin sukses dalam berbisnis menyerupai Rasulullah.
Prof. Afzalul Rahman dalam buku Muhammad A Trader, mengungkapkan : “Muhammad did his dealing honestly and fairly and never gave his customers to complain. He always kept his promise and delivered on time the goods of quality mutually agreed between the parties. He always showed a gread sense of responsibility and integrity in dealing with other people. His reputation as an honest and truthful trader was well established while he was still in his early youth”.
(Nabi Muhammad SAW ialah seorang pedagang yang jujur dan adil (fairplay) dalam menciptakan perjanjian bisnis dan tidak pernah menciptakan para pelanggannya mengeluh (komplain). Beliau selalu menepati janjinya dan dalam menyerahkan/mengirimkan barang-barang pesanannya selalu sempurna waktu dan tetap mengutamakan kualitas barang yang telah dipesan dan disepakati sebelumnya. Dalam berperilaku bisnis Beliau selalu memperlihatkan rasa penuh tanggung jawab dan mempunyai integritas yang tinggi di mata siapapun. Reputasi dia sebagai seorang pedagang yang jujur dan adil telah dikenal luas semenjak dia masih muda).
Berdasarkan pemaparan di atas, sanggup diketahui bahwa Nabi Muhammad ialah seorang pedagang yang jujur dan adil serta sanggup diandalkan dalam menciptakan perjanjian bisnis sehingga dia sukses dalam usahanya. Bandingkan dengan keadaan ketika ini yang ada di sekitar kita, ada sebagian saudara kita yang cenderung menghalalkan segala cara dalam menjual dagangannya. Fenomena penjual daging sapi glonggongan, daging sapi dicampur daging celeng, ayam tiren (ayam mati kemaren), borak, beras dicampur pemutih pakaian, pewarna masakan memakai pewarna kain dan masih banyak lagi. Mereka seolah tidak peduli dengan kerugian dan imbas yang akan diterima oleh pembelinya. Semakin menciptakan kita prihatin mereka berdalih “cari yang haram saja susah apalagi yang halal ?.
Di dunia mayapun seolah tak mau ketinggalan, makin maraknya cyber crime, agresi tipu-tipu, scam, hoax, virus, pencurian data hingga pembobolan rekening dll, menciptakan kita semakin prihatin. Dari ke semua itu timbul pertanyaan di benak saya : Masih adakah kejujuran dan keadilan serta amanah atau kepercayaan (trust) di sekitar kita?. Semoga Allah SWT senantiasa menawarkan bimbingan dan petunjuk-Nya kepada kita semua. Amin.
Belum ada Komentar untuk "✔ Uang Bukan Modal Utama Untuk Memulai Usaha"
Posting Komentar