✔ Cara Menciptakan Sensor Alarm Cahaya Untuk Penyimpanan
Cara Membuat Sensor Alarm Cahaya Untuk Penyimpanan Rangkaian alarm cahaya ini berfungsi untuk memperlihatkan indikator berupa bunyi apabila kawasan penyimpanan terbuka. Rangkaian alarm cahaya ini dibuat dan diperuntukan pada
tempat penyimpanan barang berharga menyerupai brankas. Rangkaian alarm cahaya ini sangat sederhana namun mempunyai kemampuan yang cukup baik dalam memperlihatkan indikator terbukanya lemari/laci yang seharusnya tertutup. Alarm cahaya ini aktif ketika mendapat cahaya.
Rangkaian Lengkap Alarm Cahaya Untuk Tempan Penyimpanan
Rangkaian alarm cahaya ini cara kerjanya sangat gampang dan pembuatannya juga tidak terlalu rumit, sederhana. Dari namanya sudah sanggup diketahui bahwa alarm ini akan bekerja ketika terdeteksi adanya cahaya. Dengan fungsi tersebut maka rangkaian in sanggup dipakai sebagai alarm pencuri atau alarm terbukanya lemari/laci yang seharusnya tertutup.
Sistem Alarm Cahaya Untuk Tempan Penyimpanan
Alarm ini dikatifkan ketika adanya cahaya yang tiba pada sensor dengan taraf keterangan tertentu. Pengaturan taraf terperinci – redup ini sanggup dilakukan dengan mengatur potensiometer R12. Sistem ini mempunyai 2 keunggulan yaitu dilengkapi dengan waktu tunda pengaktifan alarm, pengaturan bunyi buzzer dan detektor baterai.
Rangkaian Tunda Pada Alarm Cahaya Untuk Penyimpanan
Rangkaian alarm cahaya ini memakai sumber tenaga berupa baterai 9V biar sanggup dibawa-bawa, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk diberikan sumber tenaga dari sebuah power suplai 12V. Rangkaian pada gambar 1 merupakan potongan dari rangkaian lengkap alarm cahaya. Pada gambar 1 merupakan rangkaian yang menunda aktifnya alarm ketika tombol SW1 di ‘ON’-kan/di tekan.
Dengan adanya rangkaian ini maka memungkinkan user untuk meletakkan alarm ini di dalam sebuah lemari/laci sebelum alarm aktif. Rangkaian in dibuat dari rangkaian C1, R1, R2, Q1 dan D1. Pada dikala tombol SW1 maka kapasitor C1 akan mengisi muatan melalui R1 sehingga tegangan basis menjadi turun mendekati 0 volt. Kondisi ini akan mengakibatkan transistor Q1 akan aktif dan memaksa tegangan di pin 1 IC 1A akan high.
IC 1 merupakan gerbang inverter dengan schimtt trigger sebanya 6 buah. IC in merupakan IC CMOS sehingga tegangan suplainya maksimal ialah 18 volt sehingga dengan tegangan suplai dikala ini (9 V dari baterai atau 12V dari power suplai eksternal) masih sanggup bekerja dengan baik.
Kondisi pin 1 pada IC1 yang high ini akan mengakibatkan berapapun tegangan yang dihasilkan oleh pembagian tegangan R3, R12 dan R11 (LDR) tidak berubah yaitu mendekati 5 volt.
Beberapa dikala sesudah muatan kapasitor telah penuh maka tegangan basis Q1 sudah cukup untuk menciptakan Q1 untuk OFF sehingga tegangan di pin 1 benar-benar dikendalikan oleh pembagian tegangan antara R3, R12 (potensiometer) dan R11 (LDR).
Jadi ketika Q1 ON maka tegangan di titik pin 1 IC1 akan ditahan tetap sekitar 5 volt dan tegangan pembagian antara R3, R11, dan R12 akan diabaikan. Sebaliknya ketika Q1 OFF maka tegangan di titik pin 1 IC1 akan ditentukan oleh pembagian tegangan antara ketiga tahanan tersebut. Oleh lantaran itu ketika Q1 ON maka apa pun kondisi cahaya lampu (terang/redup) tidak akan mensugesti sistem sehingga buzzer akan selalu OFF. Jika dibutuhkan waktu tunda yang lebih usang maka nilai kapasitor C1 sanggup diganti dengan yang sedikit lebih besar. Semakin besar nilai kapasitor C1 akan mengakibatkan waktu tunda keaktifan sistem akan semakin lama.
Rangkaian Schmitt Trigger dan Pewaktu Buzzer Pada Alarm Cahaya Untuk Penyimpanan
Rangkaian yang paling depan pada gambar 2 merupakan rangkaian untuk memilih budi dari suatu keadaan terperinci gelap cahaya. Dengan digunakannya inverter dengan schmitt trigger akan mencegah trigger yang tidak diinginkan.
LDR merupakan komponen yang mempunyai karakteristik dimana nilai resistansinya yang tinggi ketika tidak terkena cahaya tetapi nilai resistansinya akan turun dengan drastis ketika LDR terkena cahaya. Besarnya penurunan nilai resistansi LDR juga dipengaruhi oleh intensitas cahaya yang masuk ke LDR, semakin tinggi intensitas cahayanya maka semakin rendah pula nilai resistansinya.
Ketika Q1 OFF dan dalam kondisi gelap maka tegangan di pin 1 IC1 akan dihasilkan dari pembagian tegangan antara R3, R11 dan R12 akan menghasilkan tegangan yang cukup tinggi, cukup untuk dianggap budi high oleh gerbang inverter.
Sedangkan sebaliknya ketika dalam kondisi terperinci maka tegangan di pin 1 akan cukup rendah lantaran nilai resistansi LDR yang turun drastis. Nilai tegangan ini bervariasi menurut tingkat terang-redupnya cahaya yang masuk ke LDR. Kondisi ini sanggup menjadikan trigger yang berulang-ulang sehingga untuk menghindari trigger menyerupai ini dipakai gerbang dengan schmitt trigger, dalam sistem ini dipakai gerbang inverter. Dasar pemilihannya ialah lantaran murah dan di dalam satu kemasan terdapat 6 gerbang.
Output dari inverter IC1a sudah berupa budi dan sanggup diumpakan pribadi ke buzzer. Namun, pada gambar 2, di depan IC1a ditambahkan rangkaian yang berfungsi untuk mengatur cara/lama bunyi dari buzzer. Ketika output dari gerbang IC1a high maka melalui R4 dan C4 (LPF filter) akan men-drive IC1b sehingga outputnya menjadi low dan mengakibatkan kapasitor C6 mengosongkan muatan. Kondisi ini akan mengakibatkan tegangan di pin 5 IC1C akan low untuk selang beberapa waktu (selama kapasitor C6 dis-charge) dan memperlihatkan output high ke basis transistor Q2. Aktifnya transistor Q2 ini akan mengakibatkan buzzer menyala.
Sesaat kemudian (setelah kapasitor C6 dis-charge) kapasitor C6 akan melaksanakan pengisian ulang dan kemudian tegangan di pin 5 IC1c akan naik kembali dari menghasilkan output low pada basis transistor Q2, buzzer mati. Kaprikornus usang buzzer aktif ditentukan dari usang waktu dis-charge – charge kapasitor C6 dan R6.
Tetapi bila diinginkan buzzer tetap aktif selamanya hingga SW1 OFF maka jumper JP3 sanggup disambungkan. JP3 yang tersambung akan memaksa tegangan diinput pin 3 IC1b akan low sehingga buzzer akan berbunyi terus walaupun LDR sudah tidak terkena cahaya lagi. Buzzer akan mati setalh tombol SW1 OFF. Sebaliknya ketika jumper JP3 ini tidak dihubungkan maka buzzer akan berbunyi hanya ketika LDR terkena cahaya. Setelah LDR tidak terkena cahaya maka buzzer akan tidak berbunyi.
Rangkaian Detektor Low Battery Pada Alarm Cahaya Untuk Penyimpanan
Sistem ini memang didisain dengan memakai power suplai dari baterai oleh lantaran itu perlu dibuat detektor baterai biar sanggup dketahui kapan baterai yang dipakai tesebut sudah layak untuk diganti. Tegangan baterai yang terlau rendah sanggup mengakibatkan sistem alarm salah dalam mengartikan terang-gelap cahaya. Selain itu bunyi buzzer pun akan semakin keci dan lemah.
Seperti pada gambar 3, detektor baterai dibangun dari rangkaian D7 dan R10. Ketika tegangan baterai (VCC) di atas 4.3 volt maka masih terdapat arus bocor menuju R10 dan cukup untuk menyebakan tegangan di pin 9 IC1d high. Kondisi ini akan mengakibatkan osilator yang dibuat dari rangkaian IC1e, R9, C8, C5, dan R8 tidak bekerja sehingga mengakibatkan tegangan di pin 13 IC1f high. Kondisi ini akan mengakibatkan Q2 OFF dan hanya tergantung dari IC1c.
Sebaliknya ketika tegangan baterai sudah dibawah tegangan 4.3 volt maka tidak ada arus bocor menuju R10 sehingga tegangan di pin 9 akan mendekati 0 volt dan dianggap sebagai budi low. Kondisi ini mengakibatkan osilator aktif sehingga pin 13 IC1f akan mendapat pulsa-pulsa dari osilator sehingga Q2 akan aktif pula. Pulsa-pulsa yang dihasilkan oleh IC1f akan mengaktifkan Q2 walaupun IC1c juga aktif.
Hal ini nantinya kan terdengar dengan perpaduan bunyi dengan frekuensi yang lebih tinggi bunyi buzzer ketika sistem mendapat cukup cahaya.
Pengaturan Kepekaan LDR Rangkaian Alarm Cahaya Untuk Tempan Penyimpanan
Pengaturan kepekaan LDR diatur dengan memakai potensiometer R11. Pada pengaturan awal, posisikan potensiometer kira ditengah-tengah. Kemudian letakkan cahaya pada kawasan yang ingin di deteksi dan aturlah potensiometer supaya menghasilkan bunyi ketika mendapat cahaya dan tidak berbunyi ketika sistem tidak mendapat cahaya.
Durasi pengatikfan buzzer ditentukan oleh nilai C6 dan R6, untuk waktu yang lebih usang disarankan untuk mengganti nilai kapasitor dengan nilai yang lebih tinggi.
Untuk buzzer yang lebih besar, yang membutuhkan arus lebih besar transistor Q2 sanggup diganti dengan transistor darlington yang mempunyai arus kolektor lebih besar. Perhatikan konsumsi arus buzzer dan kemampuan arus yang bisa dilewatkan oleh kolektor pada transistor Q2.
Rangkaian alarm cahaya untuk kawasan penyimpanan diatas disupply dengan batery 9 volt dan dilengkapi dengan detektor low baterry. Sehingga selain mempunyai sensitifitas tinggi terhadap perubahan cahaya dengan meberikan bunyi pada dikala terkena cahaya, pada dikala energi baterry hampir habis rangkaian alarm cahaya untuk kawasan penyimpanan ini juga akan berbunyi.
Belum ada Komentar untuk "✔ Cara Menciptakan Sensor Alarm Cahaya Untuk Penyimpanan"
Posting Komentar