✔ Fisik Kerja
Lingkungan kerja fisik meliputi setiap hal dari akomodasi parkir di luar gedung perusahaan, lokasi dan rancangan gedung hingga jumlah bunyi dan cahaya yang menimpa meja kerja atau ruang kerja seorang tenaga kerja. Rancangan kantor memperlihatkan imbas pada produktivitas juga.
Iluminsai/Penerangan
Beberapa fisik yang perlu diperhatikan dalam iluminasi ialah: kadar (intensity) cahaya, distribusi dari cahaya dan sinar yang menyilaukan. Faktor yang lain dari iluminasi adalah distribusidari cahaya dalam kamar atau kawasan kerja. Pengaturan yang ideal adalah bila cahaya sanggup didistribusikan secara merata pada keseluruhan lapangan visual. Sinar yang menyilaukan merupakan faktor lain yang mengurangi efisiensi visual dan meningkatkan ketegangan mata (eyestrain).
Warna
Banyak orang memperlihatkan makna yang tinggi kepada penggunaan warna atau kombinasi warna yang sempurna untuk ruanga-ruangan di rumah, di kantor, dan di pabrik. Hal ini tidaklah berarti bahwa warna tidak mempunyai warna dalam pekerjaan. Warna sanggup dipakai sebagai
Alat sandi atau coding device (Schultz, 1982), atau sebagai pencipta kontras warna (Suyatno, 1985).
Upaya menghindari timbulnya ketegangan mata berdasarkan Schultz,(1982). Setiap warna berbeda dalam kemampuan pantulan cahayanya.
Alat untuk membuat delusi ihwal besarnya dan suhunya ruangan kerja berdasarkan Schultz (1982), dan alat yang mempunyai imbas psikologis berdasarkan Suyatno (1985).
Bising/Noise
Bising sanggup mengakibatkan kita gampang marah, gelisah, tidak bisa tidur, tingkat-tingkat kebisingan bunyi tertentu sanggup mengakibatkan bahaya bagi pendengaran. Tingkat-tingkat kebisingan tertentu sanggup menimbulkan kehilangan pendengaran secara sementara tetapi sanggup pula menimbulkan kehilangan pendengaran secara permanen.
Tingkat-tingkat kerasnya bunyi atau bunyi tertentu sanggup merupakan bahaya bagi pendengar. Menurut Schultz,(1982), dalam (kukuh Deswari Pratikno,2016) Seorang pekerja yang sehari-hari mendengar bunyi pad tingkat 80 desibel ke atas untuk jangka waktu yang usang niscaya akan menderita kehilangan pendengaran tertentu.
Akibat-akibat lain dari tingkat bising yang tinggi ialah:
Mc Cormick,(1987) menyimpulkan bahwa terdapat ‘’bukti’’ bahwa bising:
Pengurangan tingkat kebisingan sanggup dilakukan dengan cara:
Musik dalam Bekerja
Sebagaimana halnya dengan warna, banyak yang beropini bahwa musik yang mengiringi kerja sanggup meningkatkan produktivitas karyawannya. Hasil penelitian tidak memperlihatkan hasil yang tegas ihwal hal ini. Pada umumnya para tenaga kerja bekerja dengan perasaan senang, bekerja lebih keras, tidak banyak absen, dan kurang merasa lelah pada final hari kerja.
Musik sepertinya mempunyai imbas yang baik pada pekerjaan-pekerjaan yang sederhana, rutin dan monoton, sedangkan pada pekerjaan yang lebih beragam dan memerlukan konsentrasi yang tinggi pada pekerjaan, pengaruhnya sanggup menjadi sangat negatif.
Suyatno,(1985) beropini bahwa musik pengiring kerja harus dipandu oleh pertimbangan sebagai berikut:
Iluminsai/Penerangan
Beberapa fisik yang perlu diperhatikan dalam iluminasi ialah: kadar (intensity) cahaya, distribusi dari cahaya dan sinar yang menyilaukan. Faktor yang lain dari iluminasi adalah distribusidari cahaya dalam kamar atau kawasan kerja. Pengaturan yang ideal adalah bila cahaya sanggup didistribusikan secara merata pada keseluruhan lapangan visual. Sinar yang menyilaukan merupakan faktor lain yang mengurangi efisiensi visual dan meningkatkan ketegangan mata (eyestrain).
Warna
Banyak orang memperlihatkan makna yang tinggi kepada penggunaan warna atau kombinasi warna yang sempurna untuk ruanga-ruangan di rumah, di kantor, dan di pabrik. Hal ini tidaklah berarti bahwa warna tidak mempunyai warna dalam pekerjaan. Warna sanggup dipakai sebagai
Alat sandi atau coding device (Schultz, 1982), atau sebagai pencipta kontras warna (Suyatno, 1985).
Upaya menghindari timbulnya ketegangan mata berdasarkan Schultz,(1982). Setiap warna berbeda dalam kemampuan pantulan cahayanya.
Alat untuk membuat delusi ihwal besarnya dan suhunya ruangan kerja berdasarkan Schultz (1982), dan alat yang mempunyai imbas psikologis berdasarkan Suyatno (1985).
Bising/Noise
Bising sanggup mengakibatkan kita gampang marah, gelisah, tidak bisa tidur, tingkat-tingkat kebisingan bunyi tertentu sanggup mengakibatkan bahaya bagi pendengaran. Tingkat-tingkat kebisingan tertentu sanggup menimbulkan kehilangan pendengaran secara sementara tetapi sanggup pula menimbulkan kehilangan pendengaran secara permanen.
Mc Cormick,(1987) menggabungkan aspek bunyi yang tidak diinginkan dengan batasan dari Burrows,(1996),dengan menyampaikan bahwa sepertinya masuk nalar dengan menyampaikan bahwa bunyi atau bunyi yang tidak diinginkan adalah bunyi yang tidak mempunyai kekerabatan informasi dengan kiprah atau acara yang dilaksanakan.
Tingkat-tingkat kerasnya bunyi atau bunyi tertentu sanggup merupakan bahaya bagi pendengar. Menurut Schultz,(1982), dalam (kukuh Deswari Pratikno,2016) Seorang pekerja yang sehari-hari mendengar bunyi pad tingkat 80 desibel ke atas untuk jangka waktu yang usang niscaya akan menderita kehilangan pendengaran tertentu.
Akibat-akibat lain dari tingkat bising yang tinggi ialah:
- Timbulnya perubahan fisiologis. Orang-orang yang mendengar bising pada tingkat 95-110 desibel, terjadi penciutan dari pembuluh darah, perubahan detak jantung, dilatasi dari pupil-pupil mata dan bising yang keras sanggup meningkatkan tekanan darah dan sanggup ikut menimbulkan sakit jantung juga meningkatkan ketegangan otot.
- Adanya dampak psikologis. Mereka yang bekerja dalam lingkungan yang ekstrem bising lebih agresif, penuh curiga, dan cepat jengkel dibandingkan dengan mereka yang bekerja dalam lingkungan yang lebih sepi.
Mc Cormick,(1987) menyimpulkan bahwa terdapat ‘’bukti’’ bahwa bising:
- Menghasilkan penurunan pada prestasi kerja.
- Tidak mempunyai imbas terhadap prestasi kerja.
- Menghasilkan peningkatan pada prestasi kerja.
Pengurangan tingkat kebisingan sanggup dilakukan dengan cara:
- Mengurangi bunyi mesin, dengan cara membuat mesin-mesin yang lebih halus suaranya, dengan meredam bunyi dari mesin-mesin.
- Memasang dinding yang kedap suara.
- Mengharuskan para karyawan menggunakan alat pelindung pendengaran, contohnya dengan menggunakan kapas epilog telinga,atau lat epilog pendengaran (ear plugs).
Musik dalam Bekerja
Sebagaimana halnya dengan warna, banyak yang beropini bahwa musik yang mengiringi kerja sanggup meningkatkan produktivitas karyawannya. Hasil penelitian tidak memperlihatkan hasil yang tegas ihwal hal ini. Pada umumnya para tenaga kerja bekerja dengan perasaan senang, bekerja lebih keras, tidak banyak absen, dan kurang merasa lelah pada final hari kerja.
Musik sepertinya mempunyai imbas yang baik pada pekerjaan-pekerjaan yang sederhana, rutin dan monoton, sedangkan pada pekerjaan yang lebih beragam dan memerlukan konsentrasi yang tinggi pada pekerjaan, pengaruhnya sanggup menjadi sangat negatif.
Suyatno,(1985) beropini bahwa musik pengiring kerja harus dipandu oleh pertimbangan sebagai berikut:
- Musik dalam bekerja harus membuat suasana akustik yang menghasilkan imbas menguntungkan pada pikiran.
- Musik akan bernilai sekali pada pekerja tangan pada pekerjaan repetitif dan pekerjaan lain yang hanya memerlukan sedikit kegiatan mental.
- Musik tidak akan bernilai tinggi bila ada bunyi atau bunyi lain yang cukup keras.
- Musik bernada meriah diperdengarkan secar singkat pada awal hari, permulaan kerja, untuk membangkitkan gairah, diperdengarkan juga pada final hari, dan empat kali masing-masing selama setengah jam diperdengarkan musik ringan ditengah hari.
- Tempo musik janga terlalu lambat (slow) tetapi juga jangan terlalu cepat.
Belum ada Komentar untuk "✔ Fisik Kerja"
Posting Komentar